Secara kualitas pemain, skuat AS Roma musim lalu seyogyanya mampu menjuarai Serie A. Tapi nyatanya kedatangan Mohamed Salah, Antonio Rudiger, Edin Dzeko, Lucas Digne, William Vanqueur, Wojciech Szczesny dan lainnya, tidak mampu mendukung Rudi Garcia atau Luciano Spalletti meraih gelar satu pun.
Hal yang paling disorot adalah tumpulnya Dzeko. Ia cuma mencetak delapan gol dari 31 pertandingan. Kemandulannya itu semakin diperlengkap dengan seringnya dia membuang peluang di depan gawang lawan.
Masalah Roma musim lalu pun diakibatkan dengan terbacanya strategi Rudi Garcia yang akhirnya dipecat pada Januari 2016. Kemudian, kedatangan Spalletti justru diwarnai perselisihan dengan Francesco Totti yang tidak rela terus dicadangkan. Alhasil Roma tidak bisa mematahkan dominasi Juventus sebagai juara. Bahkan mereka merelakan peringkat kedua akhir klasemen musim lalu diduduki oleh Napoli.
Musim baru pun bergulir. Roma pun tetap mencanangkan target yang sama, yaitu meraih Scudetto yang terakhir diraih 2001 lalu. Beberapa pembenahan skuatnya pun terus dilakukan oleh Spalletti. Salah satunya dengan mendatangkan pemain-pemain yang dibutuhkan untuk mengarungi musim depan.
Harmonisasi yang Ingin Diciptakan Luciano Spalleti di Lini Belakang
Rupanya tidak ada penambahan pemain di lini depan. Spalletti masih percaya dengan kemampuan Dzeko yang musim lalu tidak tampil maksimal. Sebab ia masih percaya dengan penyerang palsu (false nine) yang diperankan trio Diego Perotti, Mohamed Salah dan Stephan El Shaarawy. Sementara Dzeko dipersiapkan sebagai opsi lain bersama Totti. Begitu juga lini tengah yang dianggap sudah cukup mewah walau kehilangan Miralem Pjanic. Spaletti sudah puas dengan kedatangan Gerson yang transfernya sudah disepakati sejak Januari lalu.
Justru pembenahan pemain baru lebih difokuskan di lini belakang. Roma mendatangkan tiga bek tengah sekaligus; Federico Fazio, Juan Jesus dan Thomas Vemaelen. Spalletti ingin membuat harmonisasi yang lebih kuat di sektor bek tengah Roma. Sebab, salah satu kelemahan skuatnya di setiap musimnya disebabkan karena pasangan bek tengah yang datang dan pergi. Mulai dari duet Leandro Castan dengan Mehdi Benatia, kemudian Kostas Manolas dengan Mapou Yanga-Mbiwa, hingga Manolas dengan Rudiger pada musim lalu.
Menumpuknya bek tengah baru di Roma pun dimaksudkan untuk mengatasi para pemain yang cedera parah. Rudiger harus menderita cedera ACL ketika berlatih bersama timnas Jerman dalam persiapan Piala Eropa 2016. Awalnya Roma mendatangkan Jesus dan Fazio. Sementara kedatangan Vermaelen merupakan rencana yang tidak diduga. Hal itu karena Mario Rui, full-back kiri yang baru didatangkan dari Empoli, mendapatkan cedera ACL. Padahal Rui adalah full-back kiri yang diharapkan bisa mengganti kepergian Digne yang memilih hengkang ke Barcelona.
Alhasil Jesus harus dimaksimalkan menjadi full-back kiri, peran yang pernah dilakoninya di Internazionale Milan. Maka dari itulah Vermaelen didatangkan untuk mengisi kekosongan Jesus yang bias juga digeser menjadi full-back kiri. Walaupun sebenarnya Roma sudah memiliki Ervin Zukanovic dan Norbet Gyomber sebagai opsi lain di sektor bek tengah, namun mereka tidak memuaskan Spalletti sehingga Zukanovic dipinjamkan ke Atalanta dan Gyomber ke Pescara.
Salah satu masalah yang berhasil dipecahkan Spalletti pada bursa transfer saat ini adalah mendatangkan Bruno Peres untuk posisi full-back kanan. Posisi ini memang selalu menjadi masalah Roma sejak dua musim lalu. Sebelumnya Douglas Maicon sudah menua dan melamban sehingga sering absen karena cedera. Begitu juga dengan Vasilis Torosidis.
Krisis bek kanan Roma sampai memaksa Alessandro Florenzi yang sejatinya seorang gelandang atauwinger, diproyeksikan melakoni peran itu. Walau Florenzi cukup baik memerankan posisi tersebut, namun tetap saja ada beberapa kelemahan yang dimilikinya. Salah satunya ketika melakukan aksi bertahan yang paling kentaranya adalah sewaktu melakukan man marking kepada lawannya.
Di posisi penjaga gawang, Roma berhasil mendatangkan Alisson yang saat ini adalah kiper utama timnas Brasil. Ia direkrut untuk menutupi kepergian Morgan de Sanctis yang nantinya akan bermain bergantian dengan Szczesny.
Lini Tengah dan Depan Aman, Belakang Masih Butuh Sinergi
Pada musim ini Spalletti akan tetap mengandalkan formasi 4-3-3 seperti musim lalu. Tapi ia punya alternatif lain dengan formasi 4-2-3-1 atau dengan tiga bek dalam skema 3-4-2-1. Formasi tiga bek itulah yang menjadi alasan lain bagi Spalletti untuk mendatangkan tiga bek tengah baru, yang diharapkan bisa membuat emosional yang kuat dengan kipernya di lapangan.
Kendati Allison didatangkan, Szczesny tetap akan menjadi kiper utama Roma di Serie A. Sementara Allison diproyeksikan bakal menjadi kiper utama Roma dalam ajang-ajang turnamen seperti Coppa Italia dan Liga Champions (jika lolos kualifikasi) atau Liga Eropa. Tapi jika melihat banyaknya komposisi baru di lini belakang, bukan tidak mungkin Spalletti menginginkan sinergi baru dengan menjadikan Allison sebagai kiper utama di liga. Apalagi jika Szczesny kembali ketahuan merokok di hadapan Spalletti yang dikenal berdisiplin tinggi.
Sementara lini belakang masih memproyeksikan duet Manolas dengan Rudiger. Namun nama terakhir masih terganjal dengan cedera ACL yang memakan waktu lama. Tapi Spalletti tidak akan khawatir karena memiliki Fazio dan Vermaelen di sektor bek tengah. Akan tetapi tampaknya Vermaelen yang lebih dipakai jika melihat pertandingan kualifikasi Liga Champions menghadapi Porto pada Kamis (18/8) dini hari lalu.
Lalu bagaimana dengan Jesus? Mantan bek Inter itu disiapkan Spalletti sebagai full-back kiri sambil menunggu sembuhnya Rui yang juga menderita cedera ACL. Kekurangan Jesus hanya ketika membantu serangan yang sering terlambat melakukan transisi menyerang atau bertahan. Perannya itu juga tidak didukung dengan kemampuan umpan silang yang baik. Tapi jangan ragukan kualitas Jesus ketika ditugaskan sebagai defensive full-back.
Sementara di sisi full-back kanan, Spalletti akan dibuat bimbang untuk memilih antara Florenzi atau Peres. Sebetulnya Peres berperan lebih baik untuk posisi tersebut. Tapi kedatangannya masih harus diuji dengan adaptasi permainan Spallletti. Pada intinya, full-back kanan maupun kiri Roma masih memiliki risikonya masing-masing. Sebab, baik Florenzi dan Jesus harus melakoni posisi yang bukanlah keahlian setiap pemain itu sendiri.
Berbeda dengan keadaan yang terjadi di lini tengah. Kendati kehilangan Pjanic, trio lini tengah Roma dipastikan menjadi milik Daniel de Rossi, Nainggolan dan Strootman. Dengan kedatangan Gerson, kekuatan lini tengah Roma tidak akan terlalu berkurang. Apalagi sektor ini didukung dengan semakin matangnya Leonardo Paredes. Dan ia berkesempatan unjuk gigi lebih banyak di Roma setelah kepergian Pjanic. Saingan Paredes untuk mendapatkan kesempatan di Roma hanyalah Gerson. Sebab Vanquieur adalah gelandang bertahan. Bahkan Paredes pun bisa menjadi seorang holding midfielder atau deep lying-playmaker jika diperlukan.
Sementara di lini depan akan tetap dikuasai trio El Shaarawy, Perotti dan Salah. Shaarawy akan ditempatkan di sisi kiri dan Salah di kanan, sementara Perotti dijadikan penyerang palsu. Sementara Totti disiapkan untuk menjalani peran Perotti dan terbukti mampu melakukannya dalam empat musim terakhir. Di sisi lain, Dzeko adalah alternatif Spalletti ketika strategi penyerang palsu Roma terbaca lawan dan kesulitan mencetak gol. Itu pun jika ketajaman Dzeko sudah kembali seperti memperkuat Wolfsburg atau Manchester City.
Masih Kurang Dalam untuk Meraih Scudetto
Dengan komposisi pemain seperti ini, Spalletti masih belum bisa berpikir muluk-muluk tentang musim ini. Sebab Roma pun masih kalah dengan Juventus jika berbicara soal komposisi pemain. Apalagi rivalnya itu memiliki skuat yang lebih dalam karena skuat utama dan cadangan hampir sama kuatnya. Tapi dari komposisi pemain Roma saat inilah Spalletti mulai menemukan sinergi dan jangka panjangnya untuk Roma.
Hal positif lain dari Spalletti adalah ia lebih memiliki banyak rencana taktik ketimbang Rudi Garcia, pelatih Roma sebelumnya. Tapi satu hal yang selalu menjadi ciri khas Spalletti, ia tidak pernah lepas dari seorang holding midfielder yang kreatif. Kesan pertamanya melatih Roma adalah memiliki David Pizarro. Begitu juga dengan Axel Witsel ketika melatih Zenit St. Petersburg.
Sekarang pun ia memiliki banyak pilihan untuk memenuhi strateginya itu. Ada Strootman atau Paredes yang ahli memerankan holding midfielder dengan acungan dua jempol. Bahkan Nainggolan pun bisa memerankannya dengan baik. Hal itulah yang membuat lini tengah Roma tidak akan berkurang dengan hengkangnya Pjanic. Hal itu jugalah yang membuat Roma tetap menjadi ancaman Juventus untuk memperebutkan Scudetto musim ini.
Tapi dengan skuat sekarang, Roma masih harus bersabar untuk mendapatkan scudetto. Sebab, mau bagaimanapun kedalaman skuat Roma masih kurang dalam dan masih ada unsur pemaksaan posisi di dalam skuat mereka. Rasanya mereka masih harus puas menjadi runner-up pada musim ini. Tapi bukan tidak mungkin mereka bisa mendapatkan satu gelar, yaitu Coppa Italia yang lebih realistis. Atau keajaiban lainnya adalah ketika para pemain Roma berambisi untuk membantu mengakhiri karier Totti seindah mungkin yaitu dengan cara meraih scudetto di pengujung musim.
0 komentar:
Posting Komentar